Sebelum Muktamar NU ke-25 di Surabaya pada tahun 1971, Mbah Wahab dikabarkan meninggal dunia. Kabar meninggalnya Mbah Wahab ini membuat kaget semua putra putri dan keluarga. Bahkan, para santri pun sedih mendengar Mbah Wahab meninggal dunia. Kemudian, baik Keluarga maupun Para Santri menyiapkan segala sesuatu untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Mbah Wahab.
Para santri menyiapkan terop dan kursi untuk para petakziah, pun demikan dengan sejumlah peralatan yg lain di rumah duka tersebut. Di tengah persiapan itu, tiba-tiba Mbah Wahab terbangun. Sontak kejadian ini malah membuat kaget para santri, keluarga dan beberapa petakziah tempat tersebut.
"Sik-sik gak sido, aku jalok ditunda nang gusti Alloh,ngenteni sak marine Muktamar NU (sebentar-sebentak nggak jadi, saya minta ditunda ke Allah SWT, nunggu setelah muktamar)," kata Mundjidah menirukan perkataan Mbah Wahab saat bangun dari pembaringan itu. Peristiwa ini membuat para santri, keluarga dan Para petakziah heran bercampur gembira karena Mbah Wahab tidak jadi meninggal dunia.
Dan ternyata benar, Beberapa bulan kemudian Muktamar NU ke-25 di Surabaya digelar. Saat itu, KH.Wahab chasbulloh menjadi Rois Aam PBNU menggantikan Rois Akbar KH Hasyim 'Asy'ari. Saat itu, Mbah Wahab memberikan sambutan kepada peserta Muktamar. Namun, ketika Prosesi Muktamar belum selesai, Mbah Wahab minta pulang karena kondisi kesehatan yang menurun. Berselang beberapa hari setelah muktamar NU ke 25 di Surabaya kondisi kesehatannya semakin menurun.
Mungkin inilah yang dinamakan seseorang memiliki Karomah. Saat itu, sepertinya Mbah Wahab benar-benar tahu jika akan meninggal dunia, hingga akhirnya dipanggillah putra putrinya untuk pamit. "Wes saiki wayahe aku dipundut (sudah sekarang waktunya saya dipanggil oleh Allah)," katanya kala itu seperti ditirukan Munjidah Wahab.
Kemudian, Mbah Wahab mengucap kalimat La Ilaha Illalloh dan menghembuskan nafas terakhir. Lahumul fatihah
Sumber NU Channel