Makbaroh Ratu Bagus Kuning, Palembang. |
Hampir di setiap daerah memiliki tokoh-tokoh ulama dan pejuang yang memberikan andil besar dalam perjuangan dan pengorbanan luar biasa bagi kedaulatan suatu negeri.
Tokoh-tokoh pahlawan semacam ini tentu patut kita angkat ke permukaan, agar dapat diketahui dan dikenal oleh masyarakat luas. Salah satu tokoh heroik, pejuang wanita yang tangguh di Kerajaan Palembang abad ke 17 tempo doeloe ialah Ratu Bagus Kuning.
Dalam naskah Palembang, beliau bernama lengkap Puteri Ratu Emas Temenggung Bagus Kuning Pangluku, lahir dan dibesarkan di lingkungan Keraton Kuto Gawang Palembang Lamo sekitar tahun 1640.
Seorang anak Raja Palembang, ayahnya bernama Pangeran Ratu Mangkurat Sultan Jamaluddin Sido Ing Pesarean (w.1652) bin Pangeran Temenggung Manca Negara bin Pangeran Adipati Sumedang bin Pangeran Wirokesumo Cirebon bin Sunan Giri.
Sedang ibunya bernama Ratu Emas Tumenggung binti Panembahan Kali Nyamat.
Puteri sulung dari 6 bersaudara sekandung semuanya perempuan, mereka adalah:
- Ratu Bagus Kuning bergelar Tumenggung Bagus Pangluku.
- Raden Ayu Pulang Jiwa
- Raden Ayu Merah
- Raden Ayu Panghulu
- Raden Ayu Wangsa Dita
- Raden Ayu Arya Penular.
Ratu Bagus Kuning selain sebagai adik Raja Palembang yakni Pangeran Sido Ing Rajek (1652-1659) dan Suhunan Abdurrahman (1659-1706), ia juga di Kerajaan Palembang menjabat sebagai:
- Pimpinan Benteng pertahanan sepanjang pantai Bagus Kuning, Plaju.
- Pemimpin Pasukan Srikandi laskar wanita.
- Guru Besar Pencak Silat.
- Panglima Keraton Kuto Gawang.
- Alim Ulama.
- Dll.
Di era dinasti Kuto Gawang di masa pemerintahan Pangeran Sido Ing Rajek, terdapat 4 panglima laskar terpilih, yaitu: Pangeran Ario Kusuma Kemas Endi (Pimpinan Umum), Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal (Pasukan Sabilillah, alim ulama), Ki. Demang Kecek (Pasukan Jambi & sekutu), dan Ratu Bagus Kuning (Pimpinan Pasukan Laskar Srikandi).
Dalam tahun 1658, datang di perairan Sungai Musi di muka Keraton Kuto Gawang kapal-kapal VOC Belanda dari Batavia, dipimpin oleh Cornelisz Ockerse.
Kedatangan VOC ke Palembang mulanya dalam rangka kontrak dagang, terutama timah dan rempah-rempah (lada).
Dalam kenyataannya, VOC Belanda melakukan kecurangan, penipuan dan penyelundupan-penyelundupan. Tidak mematuhi peraturan kontraknya sendiri.
Kenyataannya mereka datang bukan untuk berdagang, tetapi merampas, membunuh dan menjajah, sehingga menyulut amarah rakyat negeri Palembang terhadap kompeni Belanda.
Pada bulan Desember 1658 kapal-kapal VOC diserbu secara serentak di bawah pimpinan Pangeran Ario Kusumo Abdurrahim Kemas Endi dengan dibantu oleh adiknya Puteri Ratu Emas Temenggung Bagus Kuning, beserta para panglima Kerajaan Palembang lainnya.
Di dalam pertempuran sengit tersebut, VOC mengalami kekalahan, banyak pasukannya yang tewas dan di tawan, termasuk 2 kapal besar VOC “Jakatra” dan “de Wachter” dapat dikuasai dan ditahan.
Rupanya kompeni Belanda tidak melupakan peristiwa menyakitkan tersebut, setahun kemudian, tepatnya 10 November 1659 menyusul satu armada kapal perang Belanda di bawah pimpinan C.J. van Der Laan menggempur benteng-benteng pertahanan Kerajaan Palembang di sepanjang Sungai Musi.
Dengan perlawanan laskar Srikandi Ratu Bagus Kuning, pihak musuh sempat kewalahan, terdesak dan banyak yang cidera akibat tembakan meriam Sri Palembang yang dikeramatkan rakyat Palembang.
Namun di tengah pertempuran dahsyat, terjadi insiden yang tak terduga, gudang-gudang pusat penyimpanan obat mesiu Palembang meledak dan keraton Kuto Gawang pun ikut terbakar.
Oleh karena posisi pertempuran tak menentu, maka pihak Palembang harus bertempur dengan senjata tajam seperti: keris, panah, pedang, tombak dan sebagainya.
Dikarenakan Kuto Gawang habis terbakar, Raja Palembang, Pangeran Sido Ing Rajek, berikut pasukan dan rakyatnya mengungsi ke pedalaman, Saka Tiga (Indra Laya).
Di Saka Tiga, Raja mengatur siasat perang melakukan strategi penyerangan balik secara blockade dan gerilya terhadap kompeni Belanda.
Dalam musyawarah tersebut ditunjuklah Ratu Bagus Kuning sebagai komando laskar Srikandi dan bekerja sama dengan pimpinan pasukan lainnya untuk menggempur Belanda.
Peperangan begitu dahsyat, banyak menelan korban dikedua belah pihak. Lama kelamaan pihak musuh rupanya tidak tertahan dengan serangan langsung terus menerus laskar Srikandi dan lainnya dari segala penjuru.
Maka armada Belanda kemudian tidak dapat bertahan lebih lama, lalu mengundurkan diri ke Batavia.
Di suasana pertempuran yang dahsyat itu, Ratu Bagus Kuning pun terluka dan gugur sebagai syuhada. Jasadnya dikuburkan di Bagus Kuning berdampingan bersama Sayid Abdul Hamid gurunya.
Makam keramatnya sampai sekarang sering dikunjungi oleh para peziarah di komplek pemakaman Bagus Kuning, Plaju. Atas jasa-jasa dan perjuangannya yang begitu besar, Ratu Bagus Kuning pantas memperoleh predikat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Sumber : https://jaringansantri.com/ratu-bagus-kuning-srikandi-palembang-dalam-perang-melawan-voc-1658-1659/